23 November 2008

Kalanchois Folium

 A.   Pendahuluan

Kalanchois Folium adalah simplisia yang berasal dari bagian daun tanaman Kalanchoe pinnata. Nama populer dari tanaman ini adalah cathedral bells, air plant, life plant, miracle leaf, the goethe plant, dan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama cocor bebek. Kalanchoe pinnata adalah tanaman asli sukulen dari madagaskar. Tanaman ini memiliki daun yang khusus karena dari daun tersebut dapat tumbuh tanaman Kalanchoe pinnata yang baru atau dengan kata lain daun pada tanaman ini bertindak sebagai alat reproduksi vegetatif.

Kalanchoe adalah tanaman panacea yang digunakan rumpun indigenous di Amazon. Mereka mengembangkannya untuk berbagai macam tujuan. Suku Creoles menggunakan menggunakan daun yang kering untuk kanker dan inflamasi (peradangan) dan infusi daunnya merupakan bahan yang terkenal untuk demam. Suku Palikur mencampurkan getah daun cocor bebek ini dengan coconut oil atau andiroba oil dan kemudian oleskan campuran tersebut pada bagian kening untuk migrain dan sakit kepala. Pada suku Siona, tanaman ini dikenal sebagai obat bisul dan mereka memanaskan daun, kemudian meletakkannya secara topikal pada bisul dan luka pada kulit. Sekitar Rio Pastaza di Ekuador, orang aslinya menggunakan infusi daun untuk tulang yang patah dan luka memar. Di Peru, rumpun indigenous mencampurkan daun dengan aguardiente (sugar cane rum) dan meletakkan campuran pada pelipis untuk sakit kepala, mereka merendam daun dan tangkai Kalanchoe pada air dingin dan kemudian meminumnya untuk heartburn, urethritis dan demam. Rumpun lain di Amazon memeras getah dari daun segar dan mencampurnya dengan susu untuk sakit telinga.

Tanaman ini termasuk familia Crassulaceae. Tumbuh dengan ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Dapat ditemui di daerah tropis di tanam di pekarangan, tumbuh liar, di tepi jurang, tepi jalan dan tempat-tempat yang berbatu daerah panas dan kering. Tanaman ini merupakan tanaman rumahan popular dan cocok pada temperature di wilayah Asia, Pasifik, dan Karibian.

           

B.   Klasifikasi Tanaman

Kingdom              : Plantae

Divisi                    : Magnoliophyta

Kelas                    : Magnoliopsida

Orde                     : Saxifragales

Famili                   : Crassulaceae

Genus                  : Kalanchoe

Spesies                : Kalanchoe pinnata

Sinonim               :

Bryophyllum calycinum, B. germinans, B. pinnatum, Cotyledon calycina, C. calyculata, C. pinnata, C. rhizophilla, Crassuvia floripendia, Crassula pinnata, Sedum madagascariense, Verea pinnata.

Nama populer    : 

Air plant, balangban, bruja, clapper bush, coirama, coirama-branca, coirama-brava, curtain plant, dipartenga, farine chaude, fel pavo, floppers, folha-da-costa, green love, hoja de aire, life leaf, live forever, mexican loveplant, miracle leaf, motta patti, paichecara, pashipadeh, paochecara, pirarucu, potagoja, sayao, saião, siempre viva, dan cocor bebek.

 

C.   Morfologi, Habitat, dan Penyebaran

Tanaman ini merupakan tanaman terna, tahunan, tinggi 30 - 100 cm, batang lunak dan beruas, daun tebal berdaging, banyak mengandung air, helaian daun lonjong, bertangkai panjang, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi beringgit, permukaan daun gundul, panjang 5 - 20 cm, lebar 2,5 - 15 cm, warnanya hijau sampai hijau keabu-abuan. Bunga majemuk, bentuk malai, menggantung, mahkota bentuk corong, merah. Buah kotak, ungu bernoda putih. Biji putih. Perbanyakan dengan daun. Daun kalau dipetik akan membentuk kuncup-kuncup anak tanaman dalam toreh-toreh pinggiran daunnya.

Gambar 1 : Tanaman Cocor Bebek

 

Cocor bebek berasal dari madagaskar yang tersebar di daerah tropis, ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman hias atau tumbuhan liar di tepi jurang, tepi jalan dan tempat-tempat lain yang tanahnya berbatu pada daerah panas dan kering, mulai dataran rendah sampai pada ketinggian 1.000 m dpl.

 

D.   Identifikasi Simplisia

Pemerian

Bau lemah dan rasa tawar

Makroskopik

Helaian daun umumnya tidak utuh, warna hijau sampai hijau keabu-abuan, bentuk lonjong atau bundar panjang, panjang 5 cm sampai 20 cm, lebar 2,5 cm sampai 15 cm, ujung daun tumpul, pangkal daun membundar, pinggir daun beringgit atau beringgit ganda, permukaan daun gundul.

 

Gambar 2 : Daun Cocor Bebek

 

Mikroskopik

Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari satu lapis sel berbentuk empat persegi panjang, kutikula tipis, stomata sedikit. Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel berbentuk empat persegi panjang, kutikula tipis, stomata lebih banyak daripada epidermis atas. Di dalam mesofil tidak terdapat jaringan palisade, jaringan bunga karang terdiri dari sel-sel yang besar hampir bundar, berisi lendir, terdapat sedikit hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Pada tulang daun terdapat berkas pembuluh tipe kolateral, pada bagian bawah berkas pembuluh terdapat beberapa lapis jaringan kolenkim, pada bagian bawah tulang daun terdapat 1-2 lapis jaringan kolenkim.

 

Gambar 3 : Penampang Melintang Daun Cocor Bebek

 

Pada sayatan paradermal tampak epidermis atas dan epidermis bawah berbentuk poligonal, dinding sedikit berombak, stomata tipe anomositik.

Serbuk berwarna hijau kotor keabu-abuan. Fragmen pengenal adalah epidermis atas dinding sedikit berombak dengan stomata anomositik, epidermis bawah dinding sedikit bergelombang dengan stomata lebih banyak, mesofil meliputi dari sel besar, bentuk bundar, dinding tipis, di dalamnya kadang-kadang ada hablur kalsium oksalat bentuk prisma, berkas pembuluh xylem dengan penebalan tangga dan spiral

 

Gambar 4 : Hablur Kalsium Oksalat Bentuk Prisma

 

Gambar 5 : Parenkim dengan Hablur Kalsium Oksalat

 

Gambar 6 : Epidermis Bawah dengan Stomata

 

Gambar 7 : Parenkim dengan Berkas Pembuluh

 

Gambar 8 : Epidermis Atas dengan Stomata

 

E.   Kandungan Kimia

Kalanchoe kaya akan alkaloid, triterpene, glikosida, flavonoid, steroid dan lipid. Bagian daun mengandung gugus kimia yang disebut bufadienolida yang sangat aktif dan memiliki suatu ketertarikan yang menarik para ilmuwan. Bufadienolida ini sangat serupa dalam struktur dan aktivitas dari dua macam glikosida jantung, digoksin dan digitoksin (obat yang digunakan untuk pengobatan klinik gagal jantung kongestif kondisi terkait). Bufadienolida dari Kalanchoe telah didemonstrasikan pada klinik riset yang ternyata memiliki kemampuan antibakteri, antitumor, pencegah kanker, dan kerja insektisida.

Kandungan kimia yang ditemukan pada Kalanchoe adalah : arachidic acid, astragalin, behenic acid, beta amyrin, benzenoids, beta-sitosterol, bryophollenone, bryophollone, bryophyllin, bryophyllin A-C, bryophyllol, bryophynol, bryotoxin C, bufadienolides, caffeic acid, campesterol, cardenolides, cinnamic acid, clerosterol, clionasterol, codisterol, coumaric acid, epigallocatechin, ferulic acid, flavonoids, friedelin, glutinol, hentriacontane, isofucosterol, kaempferol, oxalic acid, oxaloacetate, palmitic acid, patuletin, peposterol, phosphoenolpyruvate, protocatechuic acid, pseudotaraxasterol, pyruvate, quercetin, steroids, stigmasterol, succinic acid, syringic acid, taraxerol, dan triacontane.

 

 

F.    Aktivitas Biologis dan Riset Klinik

Beberapa penggunaan tradisional Kalanchoe dapat dijelaskan oleh riset klinik. Penggunaan tradisional untuk kondisi infeksi (baik internal maupun eksternal) yang didukung oleh riset mengindikasikan bahwa daun Kalanchoe memiliki aktivitas antibakterial, antivirus, dan antijamur. Daun dan getah daun telah diperlihatkan secara in vitro memiliki aktivitas antibakteri untuk Staphylococcus, E. coli, Shigella, Bacillus dan Pseudomonas, termasuk beberapa strain bakteri yang resisten terhadap obat. Ekstrak daun Kalanchoe (penggunaan topikal dan internal) menunjukkan untuk mencegah dan mengobati leishmaniasis (penyakit parasit pada negara tropis yang ditransmisikan oleh gigitan lalat) baik pada manusia maupun binatang. Disamping efek antibakterinya, penggunaan tradisional Kalanchoe untuk gangguan pernafasan bagian atas dan batuk dapat dijelaskan oleh riset yaitu bahwa getah daun Kalanchoe memiliki potensi sebagai antihistamin dan antialergi. Pada studi in vivo (dengan tikus dan babi guinea) getah daun Kalanchoe dapat melindungi secara kimiawi induksi reaksi anafilaksis dan kematian oleh pemblokkan secara selektif reseptor histamin di paru-paru.

Pada studi in vivo lainnya, ilmuwan memvalidasi penggunaan Kalanchoe untuk gastric ulcer. Ekstrak daun melindungi tikus dari beberapa penginduksi ulcer seperti stres, aspirin, etanol, dan histamin. Riset in vivo lainnya mengkonfirmasikan bahwa Kalanchoe dapat mengurangi demam, dan menyediakan efek antiinflamasi, meringankan sakit, dan efek relaksasi otot. Efek antiinflamasi secara parsial diatributkan untuk efek immunomodulator dan immuno suppresant yang didokumentasikan oleh ilmuwan dalam beberapa penelitian. Pada beberapa studi in vivo dan in vitro, peneliti melaporkan bahwa ekstrak daun dan getahnya dapa menekan beberapa reaksi imun, termasuk trigger inflammatory response yang mirip dengan respon histamin. Kalanchoe juga memperlihatkan aktivitas sedatif dan depresan sistem saraf pusat di penelitian pada binatang. Efek ini secara parsial diatributkan untuk ekstrak daun yang memeperlihatkan kemampuan untuk meningkatkan neurotransmitter di otak yang disebut GABA (Gamma Amino Butyric Acid)

Tidak ada komentar: